Anak Kesayangan Bapak

Salvia
2 min readAug 22, 2024

--

Aku adalah anak bapak, permata yang selalu dipoles agar berkilau terang. Meskipun bapak bukan seorang yang bertubuh kekar atau punya otoritas besar, namun ia tak pernah absen menciptakan “keajaiban” untukku.

Sejak aku masih bocah hingga kini dewasa dan bekerja, bapak tak pernah lelah mengantar ke mana pun aku ingin pergi, seolah-olah dunia luar terlalu berbahaya bagiku yang rapuh ini.

Aku bangga memiliki orang tua yang tak pernah berhenti mencurahkan segala upaya mereka demi kenyamananku.

Dari bapak, aku mendapatkan pelajaran tentang tanggung jawab, sebuah konsep yang kuamati dari jauh, namun tak pernah benar-benar kucicipi. Bapak selalu berkata, bahwa tak peduli betapa rendahnya kedudukanku, aku tak boleh mengambil apa yang bukan milikku.

Namun, dalam kenyamanan ini, apa sebenarnya yang menjadi milikku? Segala sesuatu yang kuinginkan telah diantarkan langsung ke hadapanku.

Setinggi apapun jabatanku kelak – jika aku benar-benar bisa meraih jabatan tanpa terlebih dahulu diantar oleh bapak – aku pun tak boleh merampas hak orang lain.

Ah, tapi mungkinkah aku akan pernah merampas sesuatu? Toh, segalanya sudah tersedia tanpa perlu usaha.

Namun, di tengah semua kemewahan dan perlindungan ini, aku mulai bertanya-tanya,

Apakah hidup ini sungguh kehidupan yang sejati? Ataukah ini hanya semacam permainan, di mana semua kesulitan sudah dihapuskan sebelum sempat aku mengalaminya? Mungkin aku terlalu dimanja, dilindungi dari realitas dunia yang sebenarnya.

Tapi, siapa peduli? Selama bapak masih ada, aku akan terus menjalani peran sebagai anak kesayangan, tanpa perlu repot-repot memikirkan apa yang mungkin terlewatkan. Bagaimana pun, hidup ini terlalu nyaman untuk diusik oleh keraguan yang tak perlu.

Ah, mungkin ini hanya pikiran belaka, karena untuk saat ini, menikmati peran sebagai anak kesayangan yang dikelilingi segala kemudahan memang terasa terlalu manis untuk dilepaskan.

--

--